Sabtu, 24 Juli 2010
Adi Sucipto Airport
From Wikipedia,
Adisucipto International Airport
Bandar Udara International Adisucipto
IATA: JOG – ICAO: WARJ
Summary
Airport type Public
Operator PT Angkasa Pura I
Serves Yogyakarta
Elevation AMSL 350 ft / 107 m
Coordinates 07°47′17″S 110°25′54″E / 7.78806°S 110.43167°E / -7.78806; 110.43167
Website http://jogja-airport.com/
Runways
Direction Length Surface
ft m
09/27 7,215 2,200 Asphalt
09R/27L 4,385 1,337 Grass
Adisucipto (or Adisutjipto) International Airport (IATA: JOG, ICAO: WARJ) is the principal airport serving the Yogyakarta area on the island of Java, Indonesia.
It is located in the Sleman district, in the Yogyakarta Special Region, on the north-east outskirts of the city, near the Prambanan historic temple site. It has one runway, with dimensions of 2,200 metres (7,200 ft) by 45 metres (148 ft). The airport is located about 6 kilometres (3.7 mi) from the city center.
Adisucipto Airport is the third busiest airport in Java, after Soekarno-Hatta International Airport (CGK) in Jakarta and Juanda International Airport (SUB) in Surabaya.
Adisucipto Airport was preceded by a landing ground at Maguwo which was used prior to and during the Second World War. It is named after Adisoetjipto, a pilot who was killed during an attack on Maguwo by the Dutch on 29 July 1947, while flying a Dakota VT-CLA for the Indonesian Air Force.
The airport was heavily damaged by the 27th May 2006 earthquake and had to be closed for two days. Some parts of the runway were cracked, and the departure lounge collapsed. During those two days, most flights were canceled or rerouted to Adisumarmo International Airport, Solo. After the airport returned to service on 30 May 2006, all passengers used the international lounge until the new domestic departure lounge was ready. During this period, passenger comfort was affected as the airport as the international lounge was designed only for about 100 passengers at a time.
International Routes
Before Adisucipto became an international airport, Yogyakarta depended on Bali and Jakarta for its international flights. The airport became an international airport on 21 February 2004 with the first flight, to Kuala Lumpur, Malaysia, operated by the Indonesian flag carrier Garuda Indonesia. This was the successful conclusion to the city's efforts of over 30 years to have its own international airport. One month later, Garuda Indonesia operated its second international flight, to Singapore. Due to low demand, Garuda Indonesia ceased international flights from the airport on November 2006.
International flights resumed on 30 January 2008 when AirAsia began to fly the Yogyakarta—Kuala Lumpur route using Airbus 320 aircraft. From 1 February 2008, Malaysia Airlines started to serve the Yogyakarta—Kuala Lumpur route operating Boeing 737-400 aircraft.
In April 2008 AirAsia raised the frequency of its Yogyakarta—Kuala Lumpur flights from four times weekly to daily.[1] In December 2008, Garuda Indonesia resumed its Yogyakarta—Singapore flight, operating three times weekly, but ceased in 2009. AirAsia started to fly a Yogyakarta—Singapore flight on 24 March 2009, operating daily.
[edit] Development
Adisutjipto Airport's Domestic Departure LoungeAdisucipto is being redeveloped in order to cope with the increasing number of passengers. The location of this airport is unusual since the terminal is only about 10 meters from a railway line. A long range plan has been developed to build Adisucipto as a "fused terminal" by building a railway station and bus terminal in the airport. There is still a problem over limited availability of land. An underpass connecting the terminal building and a new parking lot (to the north of the railway) has been completed. The construction of the new Maguwo Baru Railway Station to the north of the airport has also been completed.
There are plans to lengthen the runway by 300 metres (980 ft) to the east. The runway will then be 2,500 metres (8,200 ft) in length. Plans also call for a new taxiway, widening of the apron so that it will be able to handle 11 Boeing 737-400s and 2 Boeing 767-300ERs, and expansion of the terminal.
Magelang
The Magelang town hall in 1925-1936According to a local act number 6 (1989), Magelang was established on 11 April 907. Magelang was then known as a village called Mantyasih, which is now known as Meteseh. There are three stele of historical importance in Magelang, namely Poh, Gilikan and Mantyasih, all of which are written on a plate of copper. Poh and Mantyasih were written under the rule of King Balitung of Mataram Kingdom. In those stele, the villages of Mantyasih and Glanggang were mentioned. They became Meteseh and Magelang respectively.
In Mantyasih stele, it mentioned the name of King Watukura Dyah Balitung, as well as 829 Çaka bulan Çaitra tanggal 11 Paro-Gelap Paringkelan Tungle, Pasaran Umanis hari Senais Sçara atau Sabtu, which means Saturday Legi, 11 April 907. The village Mantyasih was made by the king as tax-free village which was led by a patih (similar to Prime Minister nowadays). Also mentioned are Mount Susundara and Mount Wukir Sumbing which is now known as Mount Sindoro and Mount Sumbing.
When Britain colonised Magelang in the eighteenth century, Magelang became the seat of the government and was made to the same level as a regency with Mas Ngabehi Danukromo as its first leader (Bupati). Mas Ngabehi Danukromo built Alun-Alun (town square), bupati residence and a mosque. Magelang became the capital of Karesidenan Kedu in 1818. After the Dutch defeated the British, Magelang was made the central of economy because its strategic location. The Dutch government built drinking water tower (known locally as Menara Air Minum) in 1918 which provides the city with water. Electricity became available in 1927. The roads were remade using asphalt.
The city has historically been a military post, dating back to the Dutch East Indies colonial era. It subsequently acted as an army stronghold for Indonesian pro-independence movements against the Dutch government during the resistance period. Currently, it is host to two military landmarks: The National Military Academy, and the only military-associated school, Taruna Nusantara[2].
After the independence of Indonesia, Magelang became kotapraja (same level as a district) and then kotamadya (same level as city).[4][5]
Demography
The composition of demography based on its religion and belief, Magelang people has varied and different belief and religion. Majority of magelang citizen are Muslim, but there are minority group such as Christianity, Buddhism, Hinduism, Confucianism, and also there are also spiritualism and traditional Javanese belief. Therefore, Magelang citizen are plural, although majority of them Muslim. They usually stick together and keep mutual relationship among them. Perhaps, it is a Javanese wisdom which every people to get close and involve to maintain society.
Argo Muria
Diikiuti dengan peluncuran KA Argo Muria II pada tanggal 20 Mei 2001 yang menawarkan alternative perjalanan yang berkebalikan dengan KA Argo Muria I sehingga sejak itu tersedia dua jadwal pemberangkatan kereta api dari Semarang Tawang-Gambir maupun arah sebaliknya.
Perjalanan sejauh 445 km ditempuh dalam waktu 5 jam 30 menit dan hanya berhenti di Stasiun Tegal dan Pekalongan.
Argo selain berarti gunung juga merupakan brand image layanan kereta api eksekutif. Kata Muria berasal dari nama gunung (Gunung Muria) yang memiliki ketinggian 1.602 m diatas permukaan laut dan berada di sebelah Utara Kota Kudus (69 km dari arah Kota Semarang). Kawasan gunung ini terkenal dengan berbagai macam satwa langka seperti ; burung plontang, elang muria, rusa dank era.
Layanan kereta api yang memiliki kapasitas 350 tempat duduk ini terdiri dari 7 rangkaian kereta kelas eksekutif. Untuk perjalanan yang dilakukan pada siang hari, penumpang dapat menikmati indahnya panorama di Pesisir Pantai Utara khususnya atara Pekalongan-Semarang.
Lion Airlines
Hingga pertengahan 2005, bersama dengan penerbangan internasional lainnya, Lion Air menempati Terminal 2F Bandara Sukarno-Hatta; sedangkan perusahaan penerbangan lokal atau penerbangan domestik menempati Terminal Satu. Faktor tersebut, selain mampu memberikan para penumpang kemudahan penerbangan sambungan ke Indonesia atau dari Indonesia ke tujuan internasional lainnya, juga memberikan keuntungan lebih dari segi prestise. Tetapi kemudian Lion Air dipindahkan ke Terminal 1A, hingga saat ini.Sedangkan semua penerbangan internasional Lion Air dilayani dari terminal 2E.
Selasa, 20 Juli 2010
Clue Selanjutnya: Makan Siang
Kamis, 15 Juli 2010
follow us for the latest news..
maukemanakita update 2010
29-30-31 Jul 2010
Rabu, 20 Januari 2010
Bango Cita Rasa Nusantara - Purwakarta
Jl. Terusan Kapten Halim no : 46 , desa pondok salam . Purwakarta
Luqman 081388787778 / restotan 0262- 8223515
Jam Buka 09.00 – 21.00
Buka sejak : Th 2000
Menu pilihan : Kambing bakar hitam manis (Demo Masak)
Menu lain : Sate Kambing , sate sapi maranggi , ayam bekakak dll
Pengguna Kecap : Bango
Petunjuk lokasi : Dari kota Purwakarta kearah wanayasa, setelah desa pesawahan lalu masuk desa pondok salam . jalannya naik turun khas jalan didaerah pegunungan. Rumah makan berada di sebelah kiri jalan.
Tempat : Rumah makan bergaya lesehan dengan suasana alam sebagai backgroundnya
Dapur : luas ,bersih dan di tehel semuanya
Suasana sejuk desa pondok salam membuat seorang Iman Sumanda berkeinginan membuat sebuah rumah makan dengan pemandangan disekelilingnya, dan niat itu terwujud pada awal th 2000. Suasana dirumah makan ini membuat kita untuk berlama-lama disini sambil menikmati nikmatnya santapan yang tersaji ,Hal itulah yang akan kita rasakan ketika kita datang ke Lembah lesehan alam sejuk di kota Purwakarta.
Penantaan tempat makan disinipun dibuat seperti anak tangga tersusun rapi, dengan gaya lesehan yang jadi ciri khas dari rumah makan ini. Disekitarnya juga bisa kita temui beberapa tanaman sayuran yang juga digunakan untuk memasak , menurut luqman tempat ini memang didesain menyatu dengan alam dan rencana besarnya nantinya akan menjadi argo bisnis juga .
Sekarang usaha ini mulai diturunkan oleh pak Iman kepada putranya Luqman untuk meneruskkannya, semenjak iya diberi oleh ayah nya maka banyak perubahan yang iya lakukan , termasuk dari penataan kembali restorannya serta penambahan fasilitas seprti area out bond . Untuk urusan menu dari dulu luqman sudah sering melakukan perubahan menu-menu baru namun tetap menu tradisional.
Menu andalan disini ada ayam bekakak, gurame bakar, sate maranggi dan yang paling beda adalah kambing bakar hitam manis . menu kambing yang satu ini memang tidaka akan temukan ditempat lain didaerah purwakarta seperti layaknya sate maranggi atau ayam bekakak.
Pembuatan kambing bakar ini sebenarnya terinspirasi oleh sate maranggi khas purwakarta , maka luqman bersama juru masaknya mencoba membuat kambing bakar ini persis seperti sate maranggi tetapi rasannya tidak senikmat yang mereka bayangkan, padahal untuk gula aren saja luqman langsung beli kepedagang gula aren yang memiliki kebun kelapa sendiri , tujuannya untuk mendapatkan gula aren yang terbaik . Tapi dari situ mereka dapat pelajaran untuk membuat daging kambing yang empuk teryata pada saat di maranggi istilahnya daging kambing yang sudah dibumbui kemudian dibungkus dengan daun pepaya, nah daun pepaya inilah yang membuat daging terasa empuk . Maka dikembangkan lagi dengan mencoba memberi tambahan bumbu cabe agar ada rasa pedas teryata juga belum pas . mereka tidak menyerah , sambil berjalan mereka mencoba-coba didapur sampai suatu waktu sang juru masak mendapat ide kalau daging kambing yang sudah empuk tadi dilumuri saos yang bercita rasa manis seperti halnya ketika kita menikmati sate madura. Maka dibuatlah saos kecap yang diberi bumbu-bumbu dapur yang akhirnya mereka beri nama saos hitam manis . Saos hitam manis ini akhirnya menjadi kunci rasa dari kambing bakar hitam manis .
Jadi tak salah kalau menu kambing yang satu ini diberi nama kambing bakar hitam manis , karna warna dari saos hitam manis yang melumuri seluruh bagian kambiang begitu mengugah selera bagi siapa saja yang memesannya , ditambah lagi daging kambingnya yang empuk serta berbumbu maranggi nikmat sekali rasanya.
2. RM. Saung Maranggi (Closing)
Jl. Terusan Kapten Halim No: 105 Pasawahan , Purwakarta
Bpk. Acep M . Rukman 08562346184 / warung 0264 211108
Jam Buka : 09.00 – 21.00 WIB
Buka Sejak : Th 1996
Menu Pilihan : Sate Maranggi Sapi (Salah satu sate maranggi terbaik di purwakarta)
Menu Lain: Sate Maranggi Kambing , Soto ati ampela, ikan bakar cobek
Pengguna Kecap : Bango
Kalu kita datang ke kota Purwakarta tidak pas rasannya kalau belum menikmati kuliner kas kota ini yaitu sate maranggi , sate ini memiliki rasa yang berbeda dengan sate-sate yang ada diindonesia. Rasa manis dan empuk dagingnya begitu memanjakan lidah setiap penikmatnya ,salah satu pedagang sate maraggi yang cukup popular di kota purwakarta bahkan para pencinta kuliner dari luar kotapun banyak yang menjadi langganannya Adalah saung maranggi yang didirikan oleh pak Acep. Awalnya Pak Acep sebenarnya hanyalah seorang penikmat kuliner biasa namun suatu waktu iya tergerak ingin mencoba berjualan sate maranggi karna menurutnya sate khas daerah asalnya ini memiliki potensi yang cukup besar makanya iya tertarik untuk mengembangkan serta mengenalkan sate maranggi ini kepada halayak luas.
Mulailah iya bereksperimen untuk menemukan takaran yang pas buat sate marangginya , lalu setelah itu hasil eksperimennya ditest rasa kepada keluarga dan teman-temannya teryata sebagian besar mereka suka dengan buatan pak Acep . Menurut pak Acep kuncinya adalah pemilihan daging yang baik serta takaran/ komposisi yang pas dari bumbunya sendiri . Untuk urusan daging pak Acep tak main-main Iya masih memilih sendiri dagingnya di jagal dekat tempatnya , nah untuk mengetahui cara memilh daging yang baik pak Acep punya cara yang menarik yaitu dengan cara meremas daging yang sudah dipotong tersebut, lalu apa tujuannya ?
Menurutnya daging yang baik itu ketika diremas tidak mengeluarkan darah ataupun air karna kalau mengeluarkan darah atau air itu besar kemungkinan daging tersebut tidak baik dan yang paling penting juga karna cara memotong dagingnya tidak benar . Dan untuk bagian dagingnya pak Acep hanya menggunakan bagian has dalam saja tanpa lemak. Untuk bumbu sendiri terdiri dari gula merah /gula jawa dan garam saja untuk dagingnya. Namun walaupun hanya 2 jenis bumbu itu namun kalau tarannya tidak berimbang rasanya bisa kacau , jadi kuncinya ditakaran /jumlah komposisinya. Cara membuat sate maranggi tidak susah , pertama daging sapi dipotong-potong seukuran jempol lalu diberi gula merah dan garam diaduk sampai rata setelah itu didiamkan beberapa saat . Daging kemudian dibakar sampai matang dan untuk teman menikmati sate maranggi ini pak Acep punya saos kecap yang beda, saos ini dibuat dari bawang putih , bawang merah cabe rawit yang dihaluskan kemudian ditumis lalu diberi garam, gula lalu setelah itu diberi kecap merata
3.Soto Sadang Asli (WH)
Jl. Veteran No :22 Sadang , Purwakarta
Ibu Haji Mimih 087886065617
Jam Buka: 24 jam
Sejak : 1973
Menu Pilihan : Soto Daging Bening dan Soto Daging Santan
Menu Lain : Sop Iga dan Soto Campur
Pengguna Kecap : Bango dan kecap Lokal
Purwakarta (2)
Wisata Makan Purwakarta
Sate Maranggi khas Purwakarta berbeda dengan Sate Maranggi khas Cianjur, perbedaan paling jelas adalah Sate Maranggi Cianjur disajikan dengan sambal oncom, dan biasanya ditemani ketan baker. Dagingnya menggunakan daging sapi yang sudah dibumbui, dengan rasa ketumbar yang menonjol. Sementara Maranggi gagrak Purwakarta, ada dua pilihan daging Sapi atau daging Kambing, dan disajikan dengan sambal kecap, yang sudah dibumbui.Di Purwakarta sendiri, pedagang Sate Maranggi banyak dijumpai, belum bisa dipastikan sebenarnya dari daerah mana Sate Maranggi Purwakarta berasal, karena ada pendapat yang mengatakan Sate Maranggi berasal dari daerah Plered, ada juga yang mengatakan dari daerah Wanayasa.Soto Sadang.Masuk ke Jl Veteran, Purwakarta, ada dua tempat yang patut dikunjungi, yaitu Soto Sadang Asli dan Rumah Makan Ibu Haji Ciganea. Soto Sadang, termasuk salah satu rumah makan yang terkena dampak hadirnya jalan tol, rumah makan yang dulunya ramai kini pengunjungnya jauh menurun, Soto Sadang juga pecah dan berkembang ada di beberapa lokasi, yang pemiliknya masih punya hubungan saudara. Soto Sadang, ada dua jenis pilihan, yang berkuah bening atau berkuah santan, isinya juga ada yang daging sapi atau ayam. Isi daging dan kuahnya bisa dikombinasikan, jadi ada beberapa pilihan Soto Ayam Kuah Bening, Soto Ayam Kuah Santan, Soto Daging Kuah Santan, Soto Daging Kuah Bening, atau isinya dicampur. Karena penasaran Info Kuliner memesan dua jenis sekaligus, Soto Daging Kuah Santan, dan Soto Ayam Kuah Bening, dengan harga per porsi Rp 17.500.
RM Ibu Haji Ciganea
Tak jauh dari Soto Sadang Asli, anda bisa menemukan RM Ibu Haji Ciganea. Meskipun nuansa dan menunya kental dengan atmosfir Sunda, namun penyajiannya ala resto padang, langsung disajikan dengan piring bertumpuk. Saat Anda datang, akan ditanya berapa orang yang akan bersantap, lalu dipersilakan duduk di meja yang dipilih. Selanjutnya, parade hidangan menggiurkan mulai berdatangan. Ada ikan mas goreng, pepes ikan mas, babat/usus goreng, sayur asem, cah kangkung, hingga cah selada air.Menu khas Pasundan kian terasa saat karedok dan pencok leunca disajikan.
Es Ciming
Jika anda, memasuki kota Purwakarta pada siang hari yang terik, tempat yang wajib anda kunjungi adalah Es Ciming. Letaknya dalam sebuah bangunan yang seakan nyempil di antara toko-toko besar, di Jalan Jendral Sudirman No 117. Es Ciming sendiri sebenarnya bukan nama jenis minuman, Ciming adalah nama sang pemiliknya. Es Ciming sebenarnya adalah Es Campur yang menggunakan serutan batu es, dengan isi Cendol, Kelapa Muda, Kacang Hijau, Cincau Hitam, dan potongan Roti Tawar berbentuk dadu, yang dilumuri susu kental manis, ada juga tambahan isi Tape Ketan Hitam, yang disediakan di meja dalam bungkus daun pisang kecil-kecil. Rasanya manis dan segar, tambahan tape ketan membuat variasi rasa lebih marak namun blending dengan baik.
Warung Es ini sudah berdiri sejak tahun 1972, dan hingga kini rata-rata mampu menghabiskan 25 kaleng susu kental manis perhari. Satu kaleng susu kental manis cukup untuk 12 porsi Es, artinya dalam sehari rata-rata 300 porsi Es Campur terjual di tempat ini, harga perporsinya Rp 5000. Kini tak hanya Es, tempat ini juga menyajikan Batagor, yang harga perporsinya juga Rp 5.000.Selanjutnya anda bisa bersantai sejenak di tepian Situ Buleud. Situ (danau) Buleud adalah salah satu landmark Purwakarta yang terletak di tengah kota. Luasnya sekitar 4 ha dan berbentuk bulat. Konon Situ Buleud dulunya merupakan tempat Pengguyangan (mandi/ berendam) Badak, kemudian pada masa colonial dijadikan tempat peristirahatan. Kini Situ Buleud menjadi tempat rekreasi dan olah raga penduduk Purwakarta.Setelah kepenatan usai, perjalanan bisa dilanjutkan kearah Wanayasa, lewat Jl Kapten Halim, dan terusannya. Di Jalan terusan Kapten Halim kearah Wanayasa yang juga merupakan jalur alternative kearah Ciater, ada beberapa tempat makan yang sayang untuk anda lewatkan, yang pertama adalah Saung Maranggi, yang terletak tepat di depan kantor kecamatan Pesawahan. Seperti namanya, tempat ini juga berbentuk saung dari bambu, dengan sajian favorit Sate Maranggi dan Ikan Cobek. Menu-menu disini sangat sayang untuk dilewatkan, tempatnya nyaman, pengunjungnya tidak sampai crowded tapi mengalir silih berganti, alhasil anda bisa menikmati makanan dengan tenang.Lepas dari Saung Maranggi, terus kearah Wanayasa, memasuki Pondok Salam udara mulai terasa sejuk karena masuk daerah dataran tinggi, di daerah ini ada beberapa tempat makan yang enak tak hanya karena makanannya tapi juga karena suasananya yang berada di tengah areal pertanian yang asri, disitu yang cukup terkenal ada Sate Anwar yang berdampingan dengan RM Alam Sejuk. Tak jauh dari keduanya ada RM plus pemancingan Pondok Salam, dan di sebelahnya yang tak kalah menarik adalah Saung Liwet Ibu Dini.
Bersambung...
(source : http://abismakanulis.blogspot.com)